Periode Q1 Pengangguran di Indonesia 2025 Akankah Surut Atau Bertambah - Dampak PHK massal

Pengangguran di Indonesia apakah sepenuhnya dampak PHK Massal?

content generated by AI


    Dampak ekonomi global setelah COVID-19 benar-benar terasakan di segala sektor.Walaupun dunia sudah dalam pemulihan namun sektor industri yang melibatkan padat karya masih belum sepenuhnya pulih.turunnya demand global dan daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor menurunnya daya produktifitas sektor industri tanah air dan juga global, akibatnya selain reses banyak juga perusahaan melakukan penghentian hubungan kerja (PHK) dimana-mana dengan alasan efisiensi perushaan yang tidak menyebabkan tutupnya perusahaan dan sebagian
 industri yang terpaksa gulung tikar menyebabkan yang berdampak pada bertambahnya jumlah pengangguran usia produktif.mulai dari pabrik tekstil yang dulunya menjadi tulang punggung ekspor, hingga sektor-sektor lain seperti rumah sakit, perhotelan, dan bahkan kantor media. 

    Selain itu kesiapan tenaga kerja baru dan lulusan-lulusan baru masih dipandang belum cukup skill atau keterampilan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan industri pada masa ini menambah semakin ketatnya persaingan dengan kelompok eks PHK untuk masuk ke level entry atau dasar yang menggambarkan seolah-olah Indonesia kekurangan lapangan kerja ataukah memang seperti itu kenyataannya? 

    Kita masih mengingat baik janji dari calon pemimpin baik kepala daerah dan kepala negara untuk tersedianya lapangan kerja bagi pencari kerja.Kita tunggu khabar baiknya di Q2 tahun 2025 ini. 

Jenis-jenis Pengangguran

    Secara penelitian, pengangguran disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utamanya:   

1. Kurangnya Lapangan Pekerjaan:
    Salah satu penyebab utama pengangguran adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia
    dibandingkan dengan jumlah pencari kerja.
2. Pertumbuhan Penduduk yang Cepat:
    Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan tekanan besar pada pasar tenaga kerja, dengan lebih
    banyak orang yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya.
3. Kesenjangan Pendidikan:
    Banyak pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang sesuai dengan
    kebutuhan pasar kerja.
4. Kemajuan Teknologi:
    Perkembangan teknologi yang pesat membuat sebagian pekerjaan digantikan oleh otomatisasi,,
    sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia.
5. Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Merata:
    Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menyebabkan beberapa daerah mengalami kekurangan
    lapangan pekerjaan


 Secara statistik global, berikut jenis-jenis pengangguran yang ada:

    1. Pengangguran Friksional:
        Terjadi ketika seseorang sedang dalam proses mencari pekerjaan baru atau berpindah pekerjaan. Ini
        biasanya bersifat sementara.   
   2. Pengangguran Musiman:
       Terjadi karena perubahan musim atau waktu tertentu dalam setahun yang mempengaruhi
       permintaan tenaga kerja. Contohnya, pekerja di sektor pertanian atau pariwisata dengan sektor non
       formal.
   3. Pengangguran Struktural:
       Terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara keterampilan pekerja dan kebutuhan pasar kerja.
       Misalnya, teknologi baru yang menggantikan pekerjaan tertentu.
   4. Pengangguran Siklikal:
       Terjadi karena fluktuasi ekonomi. Saat ekonomi melemah, permintaan tenaga kerja menurun,
       sehingga banyak orang kehilangan pekerjaan.
   5. Pengangguran Institusional:
       Jenis pengangguran ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah atau regulasi-regulasi               yang berlaku di pasar tenaga kerja yang secara tidak langsung dapat memicu terjadinya
       pengangguran. Contohnya adalah kebijakan mengenai upah minimum yang terlalu tinggi sehingga
       membuat perusahaan enggan merekrut pekerja baru.   


lalu, saat ini pengangguran di Indonesia ada diposisi yang mana?

Memahami pengangguran dengan melihat situasi terkini dan pribadi individu

    Terdapat berbagai faktor yang secara umum berkontribusi terhadap pengangguran di Indonesia, dan beberapa di antaranya memiliki relevansi khusus dengan situasi di suatu daerah.

    Fluktuasi ekonomi memegang peranan penting, di mana periode resesi atau pertumbuhan ekonomi yang melambat seringkali memaksa perusahaan untuk mengurangi tingkat perekrutan atau bahkan melakukan efesiensi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Kemajuan teknologi juga menjadi faktor signifikan, karena otomatisasi dan inovasi teknologi baru dapat menggantikan sebagian peran pekerja manusia dalam berbagai jenis pekerjaan, terutama tugas-tugas yang bersifat rutin dan berulang dan memberi resiko kepada pekerja.

    Globalisasi memungkinkan perusahaan untuk memindahkan operasi mereka ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja yang lebih rendah, yang dapat mengakibatkan hilangnya pekerjaan di negara lain.

     Kesenjangan keterampilan (skills gap), yaitu adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja dengan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan, juga merupakan penyebab utama pengangguran.

     Kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas juga dapat menjadi hambatan besar bagi individu untuk dapat bersaing secara efektif di pasar kerja yang semakin kompetitif.

     Sementara di tingkat individu, keputusan untuk berhenti bekerja secara sukarela (baik untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, melanjutkan pendidikan, atau karena alasan pribadi lainnya), status sebagai lulusan baru yang memasuki pasar kerja, atau kembali bekerja setelah mengambil cuti juga merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap angka pengangguran.

    Secara khusus untuk faktor musiman memainkan peran yang sangat penting, di mana permintaan akan tenaga kerja di sektor yang dipengaruhi oleh pasar atau demand secara musiman seperti pariwisata dan pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan musim untuk sektor pertanian dan musim kunjungan wisatawan di sektor pariwista.

   Dengan memahami berbagai faktor ini, kita akan lebih siap untuk mengidentifikasi tantangan spesifik yang mungkin akan  dihadapi dalam mencari pekerjaan dan mengembangkan strategi yang paling tepat untuk mengatasinya.Misalnya, jika kita menyadari bahwa kesenjangan keterampilan menjadi kendala utama, maka memfokuskan upaya pada peningkatan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja akan menjadi langkah yang sangat penting.   


Pengangguran di Indonesia saat berada pada posisi yang mana?

    GoodStats mencatat adanya peningkatan PHK sekitar 10 ribu pekerja hanya dalam dua bulan terakhir, yaitu antara Februari hingga April 2025. Peningkatan yang tajam ini mengindikasikan adanya tekanan ekonomi yang kuat yang memaksa perusahaan untuk mengambil langkah drastis dalam merampingkan jumlah karyawan.   

    Situasi ini tentu menimbulkan pertanyaan mendasar mengenai jenis pengangguran yang saat ini paling dominan di Indonesia. Apakah PHK massal ini lebih mencerminkan kondisi ekonomi yang sedang lesu, ataukah ada masalah struktural yang lebih dalam di pasar tenaga kerja? Laporan ini bertujuan untuk menganalisis situasi pasar kerja Indonesia pada tahun 2025, dengan fokus pada dampak PHK massal dan keterbatasan lapangan kerja, untuk mengidentifikasi jenis pengangguran yang paling relevan dan dominan saat ini. 

    Pemahaman yang mendalam mengenai jenis pengangguran yang dominan akan menjadi landasan penting bagi perumusan kebijakan yang tepat dan efektif untuk mengatasi tantangan pengangguran di Indonesia.

   IMF memperkirakan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia akan mengalami kenaikan menjadi 5% pada tahun 2025 dan bahkan berpotensi meningkat lagi menjadi 5,1% pada tahun 2026.

   Data terbaru dari BPS yang dirilis pada Mei 2025 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2025 berada di angka 4,76%. Angka ini mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan TPT pada Februari 2024 yang sebesar 4,82%. Meskipun persentase TPT menunjukkan penurunan, jumlah pengangguran secara faktual justru mengalami peningkatan. Pada Februari 2025, tercatat sebanyak 7,28 juta orang menganggur, meningkat dibandingkan dengan 7,20 juta orang pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

    Perbedaan antara data BPS dan proyeksi IMF ini mengindikasikan adanya dinamika yang kompleks di pasar tenaga kerja Indonesia. Meskipun persentase TPT menunjukkan penurunan, peningkatan jumlah pengangguran mengisyaratkan bahwa penambahan angkatan kerja tidak sepenuhnya terserap oleh pasar kerja, dan situasi ini diperburuk oleh adanya PHK massal.

    Data menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan (manufaktur) menjadi sektor yang paling banyak terdampak oleh PHK, dengan jumlah kasus mencapai 16.801 hingga April 2025. Sektor lain yang juga mengalami dampak signifikan adalah perdagangan besar dan eceran (3.622 kasus), serta jasa lainnya (2.012 kasus).
   
    Selain itu, sektor tekstil dan alas kaki juga dilaporkan mengalami PHK massal yang cukup besar. Bahkan, industri media pun tidak luput dari gelombang PHK ini.

    Sektor manufaktur yang padat karya menjadi yang paling rentan terhadap PHK, mengindikasikan adanya masalah struktural atau siklis yang mempengaruhi daya saing dan permintaan. Sektor media juga mengalami tekanan, kemungkinan karena perubahan model bisnis atau kondisi ekonomi yang tidak menentu.   

    Lalu apa dampak dan solusinya dan bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasinya? kita akan bahas pada artikel lainnya.